Kamis, 17 Mei 2018

GAUDETE ET EXSULTATE 32 - 34

Pengantar: 

Gaudete et Exsultate - Bersukacitalah dan Bergembiralah adalah Seruan Apostolik yang ketiga dari Paus Fransiskus yang diterbitkan pada tanggal 19 Maret 2018. Dua seruan yang mendahului adalah Evangelii Gaudium - Sukacita Injil (24 November 2013) dan Amoris Laetitia - Sukacita Kasih (19 Maret 2016). Seruan ketiga ini segera menyebar di antara umat, kecuali karena isinya yang mengena, kiranya juga karena bahasanya sederhana. 



Catatan : 
Teks-teks di bawah ini merupakan terjemahan dari Naskah "Apostolic Exhortation Gaudete et Exsultate of The Holy Father Francis on The Call to Holiness in Today's World" yang dimuat di : 
http://w2.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/papa-francesco_esortazione-ap_20180319_gaudete-et-exsultate.html



LEBIH HIDUP, LEBIH MANUSIA


32. Jangan takut pada kekudusan. Itu tidak akan menghilangkan energi, vitalitas, atau kegembiraanmu. Sebaliknya, kamu  akan menjadi apa yang ada dalam pikiran Bapa ketika ia menciptakanmu, dan kamu  akan setia kepada dirimu yang terdalam. Untuk tergantung  pada –Nya, Tuhan membebaskan kita dari setiap bentuk perbudakan dan menuntun kita untuk mengenali martabat kita yang  agung. Kita lihat ini  dalam diri  Santa Josephine Bakhita: “Dia diculik dan dijual sebagai budak pada usia tujuh tahun, dia sangat menderita di tangan tuan yang kejam. Tetapi dia sampai pada pemahaman pada  kebenaran yang mendalam bahwa Tuhan, dan bukan manusia, adalah Guru sejati setiap manusia, dari setiap kehidupan manusia. Pengalaman ini menjadi sumber kebijaksanaan besar bagi anak perempuan Afrika yang sederhana ini. ”[30]

33. Sejauh  setiap orang Kristiani  tumbuh dalam kekudusan, ia akan menghasilkan buah yang lebih besar bagi dunia kita. Para uskup di Afrika Barat telah mengamati bahwa “kita dipanggil dalam roh Evangelisasi Baru untuk diinjili dan menginjili melalui pemberdayaan kamu semua yang dibaptis, untuk menjalankan  peranmu sebagai garam dan terang dari dunia di mana pun kamua  menemukan diri Anda ”. [31]

34. Jangan takut untuk mengarahkan pandanganmu lebih tinggi, untuk membiarkan dirimu dicintai dan dibebaskan oleh Tuhan. Jangan takut membiarkan diri dibimbing oleh Roh Kudus. Kekudusan tidak membuatmu menjadi kurang manusiawi, karena ini adalah pertemuan antara kelemahanmu  dan kekuatan anugerah Allah. Karena dalam kata-kata León Bloy, ketika semua sudah dikatakan dan dilakukan, "satu-satunya tragedi besar dalam hidup adalah tidak menjadi orang suci". [32]


(bersambung) 

Rabu, 16 Mei 2018

GAUDETE ET EXSULTATE 25-31

Pengantar: 



Gaudete et Exsultate - Bersukacitalah dan Bergembiralah adalah Seruan Apostolik yang ketiga dari Paus Fransiskus yang diterbitkan pada tanggal 19 Maret 2018. Dua seruan yang mendahului adalah Evangelii Gaudium - Sukacita Injil (24 November 2013) dan Amoris Laetitia - Sukacita Kasih (19 Maret 2016). Seruan ketiga ini segera menyebar di antara umat, kecuali karena isinya yang mengena, kiranya juga karena bahasanya sederhana. 




Catatan : 
Teks-teks di bawah ini merupakan terjemahan dari Naskah "Apostolic Exhortation Gaudete et Exsultate of The Holy Father Francis on The Call to Holiness in Today's World" yang dimuat di : 
http://w2.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/papa-francesco_esortazione-ap_20180319_gaudete-et-exsultate.html


AKTIVITAS YANG MENGUDUSKAN

25. Sama seperti kamu tidak dapat memahami Kristus sebagai yang terpisah dari kerajaan yang Dia bawa ketika Dia datang, demikian juga perutusan  pribadimu  tidak dapat dipisahkan dari pembangunan kerajaan itu: “Carilah  dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya” (Bdk. Mat 6:33). Menyatukan dirimu dengan Kristus dan kehendak-Nya   akan melibatkan komitmen untuk membangun bersama-Nya kerajaan kasih, keadilan, dan perdamaian semesta.  Kristus sendiri ingin mengalami ini bersama denganmu, dalam semua upaya dan pengorbanan yang ditimbulkannya, tetapi juga dalam semua sukacita dan pengayaan yang dibawa-Nya. Kamu tidak dapat bertumbuh dalam kekudusan tanpa melibatkan dirimu sendiri, jiwa dan raga, untuk memberikan yang terbaik demi  usaha ini.

26. Tidaklah sehat untuk mencintai keheningan sebagai pelarian dari  interaksi dengan orang lain, menginginkan kedamaian dan ketenangan untuk  menghindari kegiatan,  mencari doa sementara pelayanan diremehkan. Segala sesuatu dapat diterima dan diintegrasikan ke dalam kehidupan kita di dunia ini, dan menjadi bagian dari jalan kita menuju kekudusan. Kita dipanggil untuk menjadi kontemplatif bahkan di tengah-tengah kegiatan serta bertumbuh dalam kekudusan dengan bertanggung jawab dan dengan murah hati melaksanakan perutusan yang tepat.

27. Mungkinkah Roh Kudus mendesak kita untuk melakukan perutusan  dan kemudian meminta kita untuk meninggalkannya, atau tidak lagi  sepenuhnya terlibat di dalamnya, demi menjaga kedamaian batin kita? Memang ada kalanya kita tergoda untuk menggeser keterlibatan atau komitmen pastoral di dunia ke tempat kedua, seolah-olah ini adalah "gangguan" di sepanjang jalan menuju pertumbuhan dalam kekudusan dan kedamaian batin. Kita dapat melupakan bahwa “hidup tidak memiliki perutusani, tetapi adalah sebuah perutusan”. [27]

28. Tak perlu dikatakan, apa pun yang dilakukan karena kecemasan, kesombongan atau kebutuhan untuk membuat orang lain terkesan  tidak akan mengarah pada kekudusan. Kita ditantang untuk menunjukkan keterlibatan kita  sedemikian rupa sehingga semua yang kita lakukan memiliki makna injili dan  lebih menyamakan diri kita  dengan Yesus Kristus. Kita sering berbicara, misalnya, tentang spiritualitas katekis, spiritualitas room-romo projo, spiritualitas kerja. Untuk alasan yang sama, di Evangelii Gaudium saya menyimpulkan dengan berbicara mengenai spiritualitas misi, dalam Laudato Si ' mengenai  spiritualitas ekologis, dan dalam Amoris Laetitia mengenai spiritualitas kehidupan keluarga.

29. Ini tidak berarti mengabaikan kebutuhan akan saat-saat tenang, kesendirian dan keheningan di hadapan Tuhan. Justru sebaliknya. Kehadiran gawai yang terus-menerus baru, kegirangan dalam   perjalanan, dan barang-barang konsumsi tanpa henti terkadang tidak menyisakan ruang bagi suara Tuhan untuk didengar. Kita diliputi oleh kata-kata, oleh kesenangan yang dangkal dan dengan hiruk-pikuk yang meningkat, diisi bukan oleh sukacita melainkan oleh ketidakpuasan dari mereka yang hidupnya telah kehilangan makna. Bagaimana kita bisa gagal menyadari perlunya menghentikan perlombaan tikus ini dan memulihkan ruang pribadi yang diperlukan untuk melakukan dialog yang tulus dengan Tuhan? Menemukan ruang itu mungkin terbukti menyakitkan tetapi selalu berbuah. Cepat atau lambat, kita harus menghadapi diri kita yang sebenarnya dan membiarkan Tuhan masuk. Hal ini mungkin tidak terjadi kecuali “kita melihat diri kita menatap ke dalam jurang pencobaan yang menakutkan, atau memiliki sensasi yang memusingkan berdiri di atas jurang keputusasaan, atau menemukan diri kita sepenuhnya sendirian dan terlantar”. [28] Dalam situasi seperti itu, kita  menemukan motivasi terdalam untuk sepenuhnya menjalankan komitmen kita pada pekerjaan kita.

30. Kekalutan  yang sama yang terdapat  di mana-mana di dunia saat ini juga membuat kita cenderung untuk memutlakkan  waktu luang kita, sehingga kita dapat menyerahkan diri sepenuhnya kepada perangkat yang memberi kita hiburan atau kesenangan singkat. [29] Sebagai hasilnya, kita  mulai membenci misi kita, komitmen kita  menjadi kendur  dan semangat pelayanan yang murah hati dan siap  siaga mulai loyo. Ini berlawanan dengan pengalaman rohani kita. Dapatkah semangat spiritual apa pun menjadi sehat ketika ia berada di samping kemalasan dalam evangelisasi atau dalam melayani orang lain?

31. Kita membutuhkan roh kekudusan yang mampu mengisi baik kesendirian kita maupun pelayanan kita, kehidupan pribadi kita maupun  upaya penginjilan kita, sehingga setiap saat dapat menjadi ekspresi kasih yang rela berkorban di mata Tuhan. Dengan demikian, setiap saat kehidupan kita dapat menjadi langkah di sepanjang jalan menuju pertumbuhan dalam kekudusan.

(bersambung) 

Selasa, 15 Mei 2018

GAUDETE ET EXSULTATE 19 - 24

Pengantar: 

Gaudete et Exsultate - Bersukacitalah dan Bergembiralah adalah Seruan Apostolik yang ketiga dari Paus Fransiskus yang diterbitkan pada tanggal 19 Maret 2018. Dua seruan yang mendahului adalah Evangelii Gaudium - Sukacita Injil (24 November 2013) dan Amoris Laetitia - Sukacita Kasih (19 Maret 2016). Seruan ketiga ini segera menyebar di antara umat, kecuali karena isinya yang mengena, kiranya juga karena bahasanya sederhana. 



Catatan : 
Teks-teks di bawah ini merupakan terjemahan dari Naskah "Apostolic Exhortation Gaudete et Exsultate of The Holy Father Francis on The Call to Holiness in Today's World" yang dimuat di : 
http://w2.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/papa-francesco_esortazione-ap_20180319_gaudete-et-exsultate.html

PERUTUSANMU  DALAM KRISTUS

19. Orang KristIani tidak dapat memikirkan perutusannya  di bumi ini tanpa melihatnya sebagai jalan kekudusan, karena “inilah kehendak Allah, pengudusanmu” (Bdk 1 Tes. 4: 3). Setiap orang kudus adalah  perutusan, yang direncanakan oleh Bapa untuk  mencerminkan dan mewujudkan segi  tertentu dari Injil pada saat tertentu pula.

20. Perutusan  memiliki  makna selengkap-lengkapnya  dan hanya dapat dipahami melalui Dia. Pada intinya, kekudusan  di dalam kesatuan   dengan Kristus  mengalami  misteri kehidupan-Nya. Itu terdiri dari penyatuan diri kita dengan kematian dan kebangkitan Tuhan dengan cara yang unik dan bersifat  pribadi, terus-menerus mati dan bangkit kembali dengan Dia. Tetapi hal itu juga dapat membuat  kehidupan kita sendiri dalam berbagai aspek membawa hasil seperti  kehidupan Yesus di dunia: kehidupan-Nya yang tersembunyi, kehidupan-Nya dalam komunitas, kedekatan-Nya dengan orang buangan, kemiskinan-Nya, dan cara-cara lain yang menunjukkan kasihnya yang rela berkorban. Permenungan misteri-misteri ini, seperti yang ditunjukkan oleh Santo Ignatius dari Loyola, menuntun kita untuk menjelmakannya dalam pilihan dan sikap kita. [18] Karena “segala sesuatu dalam kehidupan Yesus adalah tanda dari misterinya”, [19] “Seluruh hidup Kristus adalah pewahyuan Bapa”, [20] “Seluruh hidup Kristus adalah misteri penebusan”, [21] “Seluruh hidup Kristus adalah misteri pengumpulan baru di bawah satu kepala ”. [22] “Kristus memungkinkan kita untuk menghidupi di dalam diri-Nya segala sesuatu yang pernah Dia hidupi di dalam diri kita”. [23]

21. Rencana Bapa adalah Kristus, dan diri kita sendiri di dalam Dia. Pada akhirnya, Kristuslah yang mencintai di dalam kita, karena “kekudusan tidak lain adalah kasih yang dihayati sampai penuh”. [24] Sebagai hasilnya, “ukuran kekudusan kita berasal dari perawakan yang Kristus capai di dalam kita, sejauh bahwa, melalui kuasa Roh Kudus, kita menjadikan Dia contoh dalam menjalankan seluruh hidup kita.” [25] Setiap orang kudus  adalah sebuah pesan yang diambil oleh Roh Kudus dari kekayaan Yesus Kristus dan diberikan kepada umat-Nya.

22. Untuk mengenali kata yang Tuhan ingin sampaikan kepada kita melalui salah satu orang kudusnya, kita tidak perlu terperangkap dalam rincian-rinciaan, karena di sana kita mungkin juga menghadapi kesalahan dan kegagalan. Tidak semua yang dikatakan oleh orang kudus sepenuhnya sesuai dengan Injil; tidak semua yang dia lakukan itu asli atau sempurna. Apa yang perlu kita renungkan adalah totalitas hidup mereka, seluruh perjalanan pertumbuhan dalam kekudusan, pancaran  dari Yesus Kristus yang muncul ketika kita memahami keseluruhan makna mereka sebagai pribadi. [26]

23. Ini adalah panggilan yang kuat untuk kita semua. Kamu  juga perlu melihat keseluruhan hidupmu sebagai sebuah perutusan. Cobalah melakukannya dengan mendengarkan Tuhan dalam doa dan mengenali tanda-tanda yang Dia berikan kepadamu. Selalu tanyakan kepada Roh apa yang Yesus harapkan darimu setiap saat dalam hidupmu dan dalam setiap keputusan yang harus kamu ambil,  sehingga dapat melihat tempatnya dalam perutusan yang kamu terima. Ijinkan Roh untuk menempa di dalam dirimu misteri pribadi yang dapat memancarkan Yesus Kristus di dunia saat ini. 

24. Semoga kamu  menyadari apa arti kata itu, pesan Yesus bahwa Allah ingin berbicara kepada dunia melalui hidupmu. Biarkan dirimu berubah. Biarkan dirimu diperbarui oleh Roh, sehingga pembaruan itu  bisa terjadi, jangan sampai kamu  gagal dalam perutusanmu yang  berharga itu. Tuhan akan membawanya ke pemenuhan meskipun kamu bersalah dan salah langkah, asalkan kamu  tidak meninggalkan jalan cinta tetapi tetap terbuka pada rahmat adikodratinya, yang memurnikan dan menerangi.

(bersambung) 


Minggu, 13 Mei 2018

GAUDETE ET EXSULTATE 14-18

Pengantar: 

Gaudete et Exsultate - Bersukacitalah dan Bergembiralah adalah Seruan Apostolik yang ketiga dari Paus Fransiskus yang diterbitkan pada tanggal 19 Maret 2018. Dua seruan yang mendahului adalah Evangelii Gaudium - Sukacita Injil (24 November 2013) dan Amoris Laetitia - Sukacita Kasih (19 Maret 2016). Seruan ketiga ini segera menyebar di antara umat, kecuali karena isinya yang mengena, kiranya juga karena bahasanya sederhana. 



Catatan : 
Teks-teks di bawah ini merupakan terjemahan dari Naskah "Apostolic Exhortation Gaudete et Exsultate of The Holy Father Francis on The Call to Holiness in Today's World" yang dimuat di : 
http://w2.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/papa-francesco_esortazione-ap_20180319_gaudete-et-exsultate.html



UNTUKMU  JUGA

14. Menjadi kudus  tidak perlu menjadi uskup, imam atau religius. Kita sering tergoda untuk berpikir bahwa kekudusan itu hanya bagi mereka yang dapat mengundurkan diri dari urusan sehari-hari dengan menghabiskan banyak waktu dalam doa. Bukan itu masalahnya. Kita semua dipanggil untuk menjadi kudus  dengan menjalani hidup kita dengan cinta dan dengan memberikan kesaksian dalam segala hal yang kita lakukan, di mana pun kita berada. Apakah kamu dipanggil untuk menjalankan hidup bakti? Jadilah kudus  dengan menghayati keterlibatanmu dengan sukacita. Apakah kamu sudah menikah? Jadilah suci dengan mengasihi dan merawat pasanganmu, seperti yang Kristus lakukan bagi Gereja. Apakah kamu bekerja untuk mencari nafkah? Jadilah kudus  dengan bekerja secara jujur  dan terampil dalam melayani saudara-saudarimu. Apakah kamu orang tua, kakek atau nenek? Jadilah kudus dengan sabar mengajar anak-anak kecil bagaimana mengikuti Yesus. Apakah kamu berada dalam posisi yang memiliki wewenang? Jadilah kudus dengan bekerja untuk kesejahteraan bersama dan jangan mencari  keuntungan pribadi. [14] 

15. Biarkan karunia baptisanmu menghasilkan buah di jalan kekudusan. Biarkan semuanya terbuka untuk Tuhan; berpaling kepada-Nya dalam setiap situasi. Jangan cemas, karena kuasa Roh Kudus memampukan kamu  untuk melakukan ini, dan kekudusan, pada akhirnya, adalah buah Roh Kudus dalam hidupmu (Bdk. Gal 5: 22-23). Ketika kamu  merasakan godaan untuk memikirkan kelemahanmu  sendiri, angkatlah matamu kepada Kristus yang disalibkan dan katakan: “Tuhan, saya adalah orang berdosa yang miskin, tetapi Engkau  dapat mengerjakan mukjizat  dengan menjadikan saya sedikit lebih baik”. Dalam Gereja, yang kudus namun terdiri dari orang-orang berdosa, kamu akan menemukan semua yang kamu perlukan untuk tumbuh menuju kekudusan. Tuhan telah memberikan kepada Gereja karunia-karunia Kitab Suci,  sakramen-sakramen, tempat-tempat kudus, komunitas yang hidup, kesaksian orang-orang kudus dan keindahan  yang beraneka ragam yang berasal dari kasih Allah, “seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.”  (Yes 61:10) . 

16. Tuhan memanggilmu kepada kekudusan ini, kekudusan yang akan tumbuh melalui  isyarat-isyarat kecil. Berikut ini sebuah contoh: seorang perempuan  pergi berbelanja, dia bertemu dengan seorang tetangga dan mereka mulai berbicara dan  mulai pulalah pergunjingan.  Namun dia mengatakan dalam hatinya: "Tidak, aku  tidak akan berbicara buruk tentang siapa pun". Ini adalah langkah maju dalam kekudusan. Kemudian, di rumah, salah satu anaknya ingin berbicara dengannya tentang harapan dan impiannya, dan meskipun dia lelah, dia duduk dan mendengarkan dengan sabar dan cinta. Itu adalah pengorbanan lain yang membawa kekudusan. Kemudian dia mengalami kecemasan, tetapi mengingat kasih Perawan Maria, dia mengambil rosario dan berdoa dengan iman. Ini merupakan  jalan kekudusan yang lain lagi. Kemudian masih ada lagi, dia pergi ke jalan, menemui orang miskin dan berhenti untuk mengucapkan kata ramah kepadanya.  Ini satu langkah lagi.

17. Kadang-kadang, hidup ini menghadapkan kita pada tantangan yang besar.  Melalui semuanya itu  Tuhan memanggil kita kembali ke pertobatan yang dapat membuat kasih karunia-Nya menjadi  lebih nyata dalam kehidupan kita, “supaya kita beroleh bagian dalam  kekudusan-Nya” (Bdk. Ibr 12:10). Di lain waktu, kita hanya perlu menemukan cara yang lebih sempurna untuk melakukan apa yang sudah kita lakukan: "Ada inspirasi yang cenderung semata-mata untuk menyempurnakan dengan cara luar biasa hal-hal biasa yang kita lakukan dalam hidup". [15] Ketika Kardinal François-Xavier Nguyên van Thuân dipenjara, ia menolak membuang-buang waktu menunggu hari ia dibebaskan. Sebaliknya, ia memilih "untuk menghayati saat sekarang ini, mengisinya sampai penuh dengan cinta". Dia memutuskan: “Saya akan memanfaatkan kesempatan yang ada setiap hari; Saya akan melakukan tindakan biasa dengan cara yang luar biasa ”. [16]

18. Dengan cara ini, dipimpin oleh kasih karunia Allah, dengan tindakan kecil  kita membentuk   kekudusan yang Allah kehendaki bagi kita, bukan sebagai laki-laki dan perempuan yang sudah kecukupan  untuk  diri kita sendiri melainkan “sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (Bdk 1 Ptr 4 : 10). Para uskup Selandia Baru dengan tepat mengajarkan kepada kita bahwa kita mampu mengasihi dengan kasih Tuhan yang tak bersyarat, karena Tuhan yang telah bangkit membagikan  kehidupan-Nya yang penuh ke kuatan  dengan kehidupan kita yang rapuh: “Cintanya tidak mengenal batas dan sekali diberikan tidak pernah ditarik kembali. Cinta-Nya tidak bersyarat dan tetap setia. Mencintai dengan cara ini tidaklah mudah karena kita sering sangat lemah. Tetapi hanya untuk mencoba mencintai sebagaimana Kristus mengasihi kita menunjukkan bahwa Kristus berbagi kehidupan-Nya sendiri sesudah bangkit   dengan kita. Dengan cara ini, hidup kita menunjukkan  bahwa kekuatan-Nya  bekerja -  bahkan di tengah-tengah kelemahan manusia ”. [17]


(bersambung) 

GAUDETE ET EXSULTATE 10-13

Pengantar: 

Gaudete et Exsultate - Bersukacitalah dan Bergembiralah adalah Seruan Apostolik yang ketiga dari Paus Fransiskus yang diterbitkan pada tanggal 19 Maret 2018. Dua seruan yang mendahului adalah Evangelii Gaudium - Sukacita Injil (24 November 2013) dan Amoris Laetitia - Sukacita Kasih (19 Maret 2016). Seruan ketiga ini segera menyebar di antara umat, kecuali karena isinya yang mengena, kiranya juga karena bahasanya sederhana. 



Catatan : 
Teks-teks di bawah ini merupakan terjemahan dari Naskah "Apostolic Exhortation Gaudete et Exsultate of The Holy Father Francis on The Call to Holiness in Today's World" yang dimuat di : 
http://w2.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/papa-francesco_esortazione-ap_20180319_gaudete-et-exsultate.html 



TUHAN MEMANGGIL

10. Semua ini penting. Namun dengan Seruan  ini saya ingin menekankan terutama pada panggilan untuk kekudusan yang Tuhan tujukan  kepada kita masing-masing, panggilan yang Dia  juga alamatkan, secara pribadi, kepada Anda: "…haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus” (Im 11:44 ; cf. 1 Ptr 1:16). Konsili Vatikan II menyatakan ini dengan jelas: “Diteguhkan dengan upaya-upaya keselamatan sebanyak dan sebesar itu, semua orang beriman, dalam keadaan dan status mana pun juga,  dipanggil oleh Tuhan untuk menuju kesucian  yang sempurna seperti Bapa sendiri sempuna, masing-masing melalui jalannya sendiri ”. [10]

11. "Masing-masing melalui jalannya sendiri" kata Konsili itu. Kita seharusnya tidak berkecil hati ketika diperkenalkan dengan  contoh-contoh kekudusan yang tampaknya tidak mungkin tercapai. Ada beberapa kesaksian yang mungkin terbukti bermanfaat dan memberi ilham, tetapi tidak untuk kita salin,  karena itu malah dapat menyesatkan kita dari  jalan yang secara khas  Tuhan maksudkan bagi kita. Yang penting adalah bahwa setiap orang mempertimbangkan  jalannya sendiri, bahwa mereka mengeluarkan yang terbaik dari diri mereka sendiri, karunia paling pribadi yang Tuhan tempatkan di dalam hati mereka (lih. 1 Kor 12: 7), bukannya putus asa dengan mencoba  meniru sesuatu yang tidak dimaksudkan untuk diri mereka. Kita semua dipanggil untuk menjadi saksi, tetapi ada banyak cara nyata untuk memberikan kesaksian. [11] Memang, ketika mistikus  agung, Santo Yohanes Salib, menulis Kidung Rohaninya, dia lebih suka menghindari aturan yang keras dan segera berlaku bagi semua. Dia menjelaskan bahwa ayat-ayat itu ditulis sedemikian rupa agar  setiap orang dapat memperoleh manfaat dari tulisan itu “dengan caranya sendiri”. [12] Karena kehidupan Tuhan dikomunikasikan “kepada beberapa orang dalam satu cara dan kepada orang lain dengan cara lain”. [13] 

12. Dalam berbagai bentuk ini, saya akan menekankan juga bahwa “perempuan yang bijaksana”yang terlihat dalam gaya kekudusan feminin, yang merupakan sarana penting untuk mencerminkan kekudusan Allah di dunia ini. Memang, terdapat masa ketika perempuan cenderung sangat diabaikan atau tidak diperhatikan,  Roh Kudus membangkitkan orang-orang kudus yang daya tariknya menghasilkan kekuatan rohani baru dan reformasi penting di dalam Gereja. Kita dapat menyebutkan Santa Hildegard dari Bingen, Santa Bridget, Santa Katarina dari Siena, Saint Teresa of Avila, dan Santa  Thérèsia  dari Lisieux. Tetapi saya juga berpikir tentang semua perempuan yang tidak dikenal atau terlupakan yang, masing-masing dengan caranya sendiri, mendukung dan mengubah keluarga dan komunitas melalui kekuatan kesaksian mereka.

13. Ini harus membangkitkan dan mendorong kita untuk memberikan segalanya dan untuk merangkul rencana khusus  yang Allah kehendaki bagi kita masing-masing dari kekekalan: "Sebelum aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, aku telah mengenal engkau dan sebelum kamu keluar dari kandungan,  aku telah mengkuduskan engkau  " (Bdk Yer 1 : 5).



(bersambung) 



Sabtu, 12 Mei 2018

GAUDETE ET EXSULTATE 7-9

Pengantar :

Gaudete et Exsultate - Bersukacitalah dan Bergembiralah adalah Seruan Apostolik yang ketiga dari Paus Fransiskus yang diterbitkan pada tanggal 19 Maret 2018. Dua seruan yang mendahului adalah Evangelii Gaudium - Sukacita Injil (24 November 2013) dan Amoris Laetitia - Sukacita Kasih (19 Maret 2016). Seruan ketiga ini segera menyebar di antara umat, kecuali karena isinya yang mengena, kiranya juga karena bahasanya sederhana. 



Catatan
Teks-teks di bawah ini merupakan terjemahan dari Naskah "Apostolic Exhortation Gaudete et Exsultate of The Holy Father Francis on The Call to Holiness in Today's World" yang dimuat di : 
http://w2.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/papa-francesco_esortazione-ap_20180319_gaudete-et-exsultate.html 



7. Saya suka merenungkan kekudusan yang terdapat  dalam kesabaran umat Allah: pada orang tua yang membesarkan anak-anak mereka dengan kasih yang besar, pada lelaki dan perempuan yang bekerja keras untuk menafkahi  keluarga mereka, pada orang sakit, pada biarawan biarawati lanjut usia  yang tidak pernah kehilangan senyum mereka. Dalam ketekunan sehari-hari mereka,  saya melihat kekudusan Gereja yang sedang berjuang. Sangat sering itu adalah kekudusan yang ditemukan pada diri tetangga sebelah kita, mereka yang, hidup di tengah-tengah kita, mencerminkan kehadiran Allah. Mungkin kita sebut mereka sebagai "kelas menengah kekudusan". [4]

8. Biarlah kita didorong oleh tanda-tanda kekudusan yang Tuhan tunjukkan kepada kita melalui anggota-anggota yang paling rendah dari masyarakat  yang “mengambil bagian juga  dalam tugas kenabian Kristus, dengan menyebarluaskan   kesaksian hidup tentang-Nya terutama melalui hidup iman dan cinta kasih". [5] Kita harus mempertimbangkan fakta bahwa, seperti dikatakan Santa Teresa Benedicta dari Salib, sejarah yang nyata dibuat oleh banyak dari mereka. Sebagaimana  dia menulis: “Tokoh-tokoh  terbesar dari kenabian dan kesucian muncul  dari malam yang paling gelap. Tetapi untuk sebagian besar, aliran yang membentuk kehidupan mistis tetap tidak terlihat. Tentu saja titik balik yang paling menentukan dalam sejarah dunia secara hakiki ditentukan oleh jiwa-jiwa yang tidak pernah disebut dalam buku sejarah. Dan kita hanya akan mengetahui tentang jiwa-jiwa - yang  kepada siapa kita berhutang budi -  pada titik balik yang menentukan dalam kehidupan pribadi kita pada hari ketika semua yang tersembunyi terungkap ”. [6]

9. Kekudusan adalah wajah paling menarik dari Gereja. Tetapi bahkan di luar Gereja Katolik dan dalam konteks yang sangat berbeda, Roh Kudus memunculkan “tanda-tanda kehadirannya yang membantu para pengikut Kristus”. [7] Santo Yohanes Paulus II mengingatkan kita bahwa "saksi  Kristus yang muncul  bahkan sampai penumpahan darah telah menjadi warisan umum umat Katolik, Ortodoks, Anglikan dan Protestan". [8] Dalam peringatan ekumenis yang mengharukan di Colosseum selama Jubileum Agung  Tahun 2000, ia menyatakan bahwa para martir adalah "warisan yang berbicara lebih kuat daripada semua penyebab perpecahan". [9]


(bersambung)

Kamis, 10 Mei 2018

GAUDETE ET EXSULTATE 1-6


Pengantar : 

Gaudete et Exsultate - Bersukacitalah dan Bergembiralah adalah Seruan Apostolik yang ketiga dari Paus Fransiskus yang diterbitkan pada tanggal 19 Maret 2018. Dua seruan yang mendahului adalah Evangelii Gaudium - Sukacita Injil (24 November 2013) dan Amoris Laetitia - Sukacita Kasih (19 Maret 2016). Seruan ketiga ini segera menyebar di antara umat, kecuali karena isinya yang mengena, kiranya juga karena bahasanya sederhana.




Teks-teks di bawah ini merupakan terjemahan dari Naskah "Apostolic Exhortation Gaudete et Exsultate of The Holy Father Francis on The Call to Holiness in Today's World" yang dimuat di : 
http://w2.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/papa-francesco_esortazione-ap_20180319_gaudete-et-exsultate.html 


SERUAN  APOSTOLIK
GAUDETE ET EXSULTATE
(Bersukacita dan Bergembiralah)
DARI BAPA SUCI FRANSISKUS
MENGENAI PANGGILAN UNTUK MENJADI KUDUS
DALAM DUNIA SEKARANG INI

1. “Bersukacita dan  bergembiralah” (Matius 5:12), Yesus mengatakan kepada mereka yang dianiaya atau dihina demi Dia. Tuhan meminta segalanya dari kita, dan sebagai imbalannya dia menawarkan kepada kita kehidupan sejati, kebahagiaan yang untuk itu kita diciptakan. Dia menghendaki kita menjadi orang kudus dan kita tidak puas dengan keberadaan yang hambar dan biasa-biasa saja. Panggilan untuk kekudusan terdapat  dalam berbagai cara dari halaman-halaman pertama Alkitab. Kita mengetahuinya ketika diungkapkan dalam kata-kata Tuhan kepada Abraham: “Berjalan di depan saya, dan tidak bercela” (Bdk Kej 17:1).

2. Tulisan berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi sebuah risalah tentang kekudusan, yang mengandung definisi dan rincian  yang memang membantu untuk memahami perkara yang penting ini, atau sebuah diskusi tentang berbagai cara untuk menjadi kudus. Tujuan saya sederhana saja, yaitu menerangkan kembali panggilan menjadi suci  dengan cara praktis untuk jaman kita ini,   dengan semua risiko, tantangan, dan peluangnya. Karena Tuhan telah memilih kita masing-masing “supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya dalam kasih” (Bdk Ef 1: 4).
   

BAB SATU
 PANGGILAN MENUJU KEKUDUSAN
ORANG-ORANG KUDUS YANG MEMBERI SEMANGAT  DAN MENJADI SAHABAT KITA

3. Surat kepada orang-orang Ibrani menyajikan sejumlah kesaksian yang mendorong kita untuk “berlomba  dengan tekun dalam perlombaan  yang diwajibkan bagi kita” (Bdk 12: 1). Itu berbicara tentang Abraham, Sarah, Musa, Gideon dan yang lainnya (Bdk . 11: 1-12: 3). Di atas segalanya, itu mengundang kita untuk menyadari bahwa “awan banyak  saksi” (12: 1) mendorong kita untuk terus maju menuju tujuan. Saksi-saksi ini mungkin termasuk ibu kita sendiri, nenek atau orang yang kita cintai lainnya (Bdk  2 Tim 1: 5). Hidup mereka mungkin tidak selalu sempurna, bahkan mungkin di tengah kesalahan dan kegagalan mereka, mereka terus bergerak maju dan terbukti menyenangkan bagi Tuhan.

4. Orang-orang kudus yang sekarang ada di hadirat Allah melestarikan ikatan kasih dan persatuan mereka dengan kita. Kitab Wahyu membenarkan hal ini ketika berbicara tentang perantaraan para martir: “…aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh  karena  firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. Dan  mereka berseru dengan suara nyaring, katanya, 'Berapa lama lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi? (Bdk Why 6:9-10). Kami  masing-masing dapat mengatakan: “Dikelilingi, dipimpin dan dibimbing oleh teman-teman Tuhan ... Saya tidak harus membawa sendiri apa, sebenarnya, saya tidak pernah dapat membawa sendirian. Semua orang kudus Tuhan ada di sana untuk melindungi saya, untuk mendukung saya dan untuk menggendong saya ”. [1]

5. Proses beatifikasi dan kanonisasi menghargai tanda-tanda kebajikan heroik, pengorbanan hidup seseorang dalam kemartiran, dan kasus-kasus tertentu di mana kehidupan selalu dikorbankan bagi orang lain, bahkan sampai mati. Itu  menunjukkan sebuah contoh  mengikuti jejak  Kristus, yang layak dikagumi oleh orang beriman. [2] Kita dapat berpikir, misalnya, Beata Maria Gabriella Sagheddu, yang mengorbankan hidupnya demi persatuan umat Kristiani.

PARA KUDUS YANG ADALAH  “TETANGGA SEBELAH KITA”

6. Kita tidak perlu berpikir tentang yang jauh-jauh,  tentang  mereka yang sudah dibeatifikasi dan dikanonisasi. Roh Kudus melimpahkan kekudusan secara berlimpah di antara umat Allah yang kudus dan setia, karena “Ia telah menyenangkan Allah untuk membuat para lelaki dan perempuan untuk menjadi  kudus  untuk menyelamatkan mereka, bukan sebagai orang perorangan yang tidak memiliki ikatan dengan  mereka, melainkan sebagai orang yang mungkin mengakui dia dalam kebenaran dan melayaninya dalam kekudusan ”. [3] Dalam sejarah keselamatan, Tuhan menyelamatkan sebuah bangsa.  Kita tidak pernah sepenuhnya menjadi diri kita sendiri kecuali bila kita menjadi milik sebuah bangsa. Itulah  sebabnya tidak ada yang diselamatkan secara sendirian, sebagai individu  yang terisolasi. Sebaliknya, Tuhan menarik kita ke arah Diri-Nya dengan mempertimbangkan jalinan rumit hubungan antar pribadi yang ada dalam komunitas manusia. Tuhan ingin masuk ke dalam kehidupan dan sejarah sebuah bangsa.

(bersambung)