Senin, 26 Maret 2018

Paus Desak Umat Katolik Berpartisipasi dalam Politik

Umat Katolik tidak boleh acuh tak acuh terhadap politik, tetapi harus memberikan  nasehat  serta doa-doa mereka agar para pemimpin mereka dapat memberikan yang terbaik dengan rendah hati dan cinta, demikian Paus Fransiskus.

Dalam homilinya pada 16 September di Domus Santa Martha, Paus menolak gagasan bahwa “orang Katolik yang baik tidak ikut campur dalam politik.”

“Itu tidak benar. Itu bukan jalan yang baik,” tegas Bapa Suci, seperti dilaporkan Radio Vatikan.

“Sorang Katolik yang baik ia hendaknya ikut terlibat dalam bidang politik, dengan memberikan yang terbaik dari dirinya sendiri.”

“Tak satu pun dari kita mengatakan, saya tidak ada hubungannya dengan politik, mereka yang mengatur,” kata Paus Fransiskus kepada mereka yang hadir dalam Misa itu.

Sebaliknya, ia menekankan umat Katolik harus merasa ikut bertanggung jawab untuk berpartisipasi dalam politik sesuai dengan kemampuan mereka, dan dengan cara ini Anda ikut bertanggung jawab.

“Berpolitik, sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja, merupakan salah satu bentuk tertinggi dari karya amal, karena melayani kepentingan umum,” jelasnya. “Eh, saya tidak bisa mencuci tanganku? Kita semua harus memberikan sesuatu!”

Dia mencontohkan bahwa kadang-kadang orang mengkritik pemimpin mereka,  mengeluh tentang ” hal-hal yang tidak berjalan dengan baik.”

“Jangan  hanya mengeluh, kita harus memberikan diri kita sendiri –  ide-ide kita, saran kita, dan doa-doa kita,” kata Bapa Suci.

Ia mengatakan bahwa doa itu adalah “yang terbaik yang dapat kita berikan  kepada mereka yang memimpin,” seperti yang tersirat dalam surat Rasul Paulus kepada Timotius yang mengajak berdoa untuk kepemimpinan yang kuat.

Meskipun mereka yakin politisi tertentu adalah “jahat,” orang Kristen harus berdoa “agar mereka bisa menjalankan dengan baik, mencintai rakyat mereka,  melayani rakyat mereka, dan menjadi rendah hati,” katanya.

Paus juga meminta mereka yang berkuasa dalam bidang politik agar hendaknya bersikap rendah hati dan penuh cinta.

Mengacu pada Injil,  Bapa Suci  mengatakan, “Seorang pemimpin yang tidak mengasihi, ia tidak dapat memerintah dengan baik.”

Sumber: Pope urges Catholics to participate in politics

Sumber : http://indonesia.ucanews.com/2013/09/17/paus-desak-umat-katolik-berpartisipasi-dalam-politik/

Kamis, 22 Maret 2018

YANG BANYAK DITANYAKAN MENGENAI KOMUNITAS UNIVERSAL



Apa itu KU?

KU - singkatan dari Komunitas Universal - lengkapnya Institut Komunitas Universal, sebuah institut yang didukung oleh Yayasan Karya Unggul Cinta Bangsa (YKUCB). YKUCB ini adalah yayasan yang bergiat untuk bekerja sama dengan mereka yang menyadari bahwa talenta yang diberikan Tuhan kepada mereka haruslah dikelola sedemikian rupa sehingga berbuah banyak demi kesejahteraan umum.


Apa inspirasi dasar dari KU?

Inspirasi dasar dari KU adalah hasil Konsili Vatikan II, terutama Dekrit tentang Kerasulan Awam dan Ajaran Sosial Gereja. KU adalah lembaga independen dan didirikan oleh kaum awam Katolik untuk memberi perhatian khusus pada pembinaan pemimpin-pemimpin dalam urusan tata dunia.


Siapa saja yang menjadi pokok perhatian KU?

Pokok perhatian KU adalah kaum awam Katolik yang betul sadar bahwa talenta yang diterimanya tidak untuk dibiarkan menganggur melainkan untuk dikembangkan secara terencana dan sistematis sebagai modal untuk memenuhi panggilan menjadi garam  dan terang dunia, sehingga tidak menjadi tawar, sehingga dibuang dan diinjak-injak orang atau disembunyikan di bawah gantang. (Bdk. Mat 5:16).


Hal apakah yang dipandang mendesak oleh KU?

Pertama-tama ikut mengambil bagian dalam pembenahan moral sehingga terwujudlah keadaban publik di negeri kita. Secara istimewa KU berusaha melaksanakan anjuran Dekrit tentang Kerasulan Awam : "Hendaknya orang-orang Katolik, yang mahir di bidang politik, dan sebagaimana wajarnya berdiri teguh dalam iman serta ajaran kristiani, jangan menolak untuk menjalankan urusan-urusan umum." (Dekrit tentang Kerasulan Awam, nomer 14).


Kapan KU didirikan?

Embrio KU muncul dari tahun 2003, dan menjadi mulai aktif sejak awal tahun 2009, kemudian diresmikan di bawah naungan Yayasan Karya Unggul Cinta Bangsa, sejak 2011.


Apa latar belakang pendirian KU?

KU muncul, tumbuh dan berkembang karena semakin adanya kesadaran bahwa umat Katolik dipanggil untuk senantiasa mengembangkan cara berada mereka di Indonesia. Keberadaan seorang Katolik di sebuah negeri adalah keberadaan seorang yang dipanggil untuk mencintai. Pertama cinta kepada Allah lebih dari segala sesuatu, cinta kepada diri sendiri sehingga mampu mencintai sesama, termasuk yang membencinya dengan demikian mampu memenuhi alam semesta dengan semangat cinta


Rabu, 21 Maret 2018

KERABAT KERJA KOMUNITAS UNIVERSAL




BASUKI, Phillipus Arifin
EDDYARSO, Harry
HARYONO, YB
IMAM, Robertus Hariono 
PUTRANTO, Bambang
SUMARIJANTO, Michael
SUPARDI, Prasetyo
SUSETIO, R. Danurdara
TJAHYONO, Evy Wulandari
TRIHAMTORO, Toto
WIBOWO, FX Sunar
WIJOYO, Alex Soesilo

*
Ignatius Ismartono, SJ 
(Penasehat Rohani)