Kamis, 10 Mei 2018

GAUDETE ET EXSULTATE 1-6


Pengantar : 

Gaudete et Exsultate - Bersukacitalah dan Bergembiralah adalah Seruan Apostolik yang ketiga dari Paus Fransiskus yang diterbitkan pada tanggal 19 Maret 2018. Dua seruan yang mendahului adalah Evangelii Gaudium - Sukacita Injil (24 November 2013) dan Amoris Laetitia - Sukacita Kasih (19 Maret 2016). Seruan ketiga ini segera menyebar di antara umat, kecuali karena isinya yang mengena, kiranya juga karena bahasanya sederhana.




Teks-teks di bawah ini merupakan terjemahan dari Naskah "Apostolic Exhortation Gaudete et Exsultate of The Holy Father Francis on The Call to Holiness in Today's World" yang dimuat di : 
http://w2.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/papa-francesco_esortazione-ap_20180319_gaudete-et-exsultate.html 


SERUAN  APOSTOLIK
GAUDETE ET EXSULTATE
(Bersukacita dan Bergembiralah)
DARI BAPA SUCI FRANSISKUS
MENGENAI PANGGILAN UNTUK MENJADI KUDUS
DALAM DUNIA SEKARANG INI

1. “Bersukacita dan  bergembiralah” (Matius 5:12), Yesus mengatakan kepada mereka yang dianiaya atau dihina demi Dia. Tuhan meminta segalanya dari kita, dan sebagai imbalannya dia menawarkan kepada kita kehidupan sejati, kebahagiaan yang untuk itu kita diciptakan. Dia menghendaki kita menjadi orang kudus dan kita tidak puas dengan keberadaan yang hambar dan biasa-biasa saja. Panggilan untuk kekudusan terdapat  dalam berbagai cara dari halaman-halaman pertama Alkitab. Kita mengetahuinya ketika diungkapkan dalam kata-kata Tuhan kepada Abraham: “Berjalan di depan saya, dan tidak bercela” (Bdk Kej 17:1).

2. Tulisan berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi sebuah risalah tentang kekudusan, yang mengandung definisi dan rincian  yang memang membantu untuk memahami perkara yang penting ini, atau sebuah diskusi tentang berbagai cara untuk menjadi kudus. Tujuan saya sederhana saja, yaitu menerangkan kembali panggilan menjadi suci  dengan cara praktis untuk jaman kita ini,   dengan semua risiko, tantangan, dan peluangnya. Karena Tuhan telah memilih kita masing-masing “supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya dalam kasih” (Bdk Ef 1: 4).
   

BAB SATU
 PANGGILAN MENUJU KEKUDUSAN
ORANG-ORANG KUDUS YANG MEMBERI SEMANGAT  DAN MENJADI SAHABAT KITA

3. Surat kepada orang-orang Ibrani menyajikan sejumlah kesaksian yang mendorong kita untuk “berlomba  dengan tekun dalam perlombaan  yang diwajibkan bagi kita” (Bdk 12: 1). Itu berbicara tentang Abraham, Sarah, Musa, Gideon dan yang lainnya (Bdk . 11: 1-12: 3). Di atas segalanya, itu mengundang kita untuk menyadari bahwa “awan banyak  saksi” (12: 1) mendorong kita untuk terus maju menuju tujuan. Saksi-saksi ini mungkin termasuk ibu kita sendiri, nenek atau orang yang kita cintai lainnya (Bdk  2 Tim 1: 5). Hidup mereka mungkin tidak selalu sempurna, bahkan mungkin di tengah kesalahan dan kegagalan mereka, mereka terus bergerak maju dan terbukti menyenangkan bagi Tuhan.

4. Orang-orang kudus yang sekarang ada di hadirat Allah melestarikan ikatan kasih dan persatuan mereka dengan kita. Kitab Wahyu membenarkan hal ini ketika berbicara tentang perantaraan para martir: “…aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh  karena  firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. Dan  mereka berseru dengan suara nyaring, katanya, 'Berapa lama lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi? (Bdk Why 6:9-10). Kami  masing-masing dapat mengatakan: “Dikelilingi, dipimpin dan dibimbing oleh teman-teman Tuhan ... Saya tidak harus membawa sendiri apa, sebenarnya, saya tidak pernah dapat membawa sendirian. Semua orang kudus Tuhan ada di sana untuk melindungi saya, untuk mendukung saya dan untuk menggendong saya ”. [1]

5. Proses beatifikasi dan kanonisasi menghargai tanda-tanda kebajikan heroik, pengorbanan hidup seseorang dalam kemartiran, dan kasus-kasus tertentu di mana kehidupan selalu dikorbankan bagi orang lain, bahkan sampai mati. Itu  menunjukkan sebuah contoh  mengikuti jejak  Kristus, yang layak dikagumi oleh orang beriman. [2] Kita dapat berpikir, misalnya, Beata Maria Gabriella Sagheddu, yang mengorbankan hidupnya demi persatuan umat Kristiani.

PARA KUDUS YANG ADALAH  “TETANGGA SEBELAH KITA”

6. Kita tidak perlu berpikir tentang yang jauh-jauh,  tentang  mereka yang sudah dibeatifikasi dan dikanonisasi. Roh Kudus melimpahkan kekudusan secara berlimpah di antara umat Allah yang kudus dan setia, karena “Ia telah menyenangkan Allah untuk membuat para lelaki dan perempuan untuk menjadi  kudus  untuk menyelamatkan mereka, bukan sebagai orang perorangan yang tidak memiliki ikatan dengan  mereka, melainkan sebagai orang yang mungkin mengakui dia dalam kebenaran dan melayaninya dalam kekudusan ”. [3] Dalam sejarah keselamatan, Tuhan menyelamatkan sebuah bangsa.  Kita tidak pernah sepenuhnya menjadi diri kita sendiri kecuali bila kita menjadi milik sebuah bangsa. Itulah  sebabnya tidak ada yang diselamatkan secara sendirian, sebagai individu  yang terisolasi. Sebaliknya, Tuhan menarik kita ke arah Diri-Nya dengan mempertimbangkan jalinan rumit hubungan antar pribadi yang ada dalam komunitas manusia. Tuhan ingin masuk ke dalam kehidupan dan sejarah sebuah bangsa.

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar