Minggu, 13 Mei 2018

GAUDETE ET EXSULTATE 14-18

Pengantar: 

Gaudete et Exsultate - Bersukacitalah dan Bergembiralah adalah Seruan Apostolik yang ketiga dari Paus Fransiskus yang diterbitkan pada tanggal 19 Maret 2018. Dua seruan yang mendahului adalah Evangelii Gaudium - Sukacita Injil (24 November 2013) dan Amoris Laetitia - Sukacita Kasih (19 Maret 2016). Seruan ketiga ini segera menyebar di antara umat, kecuali karena isinya yang mengena, kiranya juga karena bahasanya sederhana. 



Catatan : 
Teks-teks di bawah ini merupakan terjemahan dari Naskah "Apostolic Exhortation Gaudete et Exsultate of The Holy Father Francis on The Call to Holiness in Today's World" yang dimuat di : 
http://w2.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/papa-francesco_esortazione-ap_20180319_gaudete-et-exsultate.html



UNTUKMU  JUGA

14. Menjadi kudus  tidak perlu menjadi uskup, imam atau religius. Kita sering tergoda untuk berpikir bahwa kekudusan itu hanya bagi mereka yang dapat mengundurkan diri dari urusan sehari-hari dengan menghabiskan banyak waktu dalam doa. Bukan itu masalahnya. Kita semua dipanggil untuk menjadi kudus  dengan menjalani hidup kita dengan cinta dan dengan memberikan kesaksian dalam segala hal yang kita lakukan, di mana pun kita berada. Apakah kamu dipanggil untuk menjalankan hidup bakti? Jadilah kudus  dengan menghayati keterlibatanmu dengan sukacita. Apakah kamu sudah menikah? Jadilah suci dengan mengasihi dan merawat pasanganmu, seperti yang Kristus lakukan bagi Gereja. Apakah kamu bekerja untuk mencari nafkah? Jadilah kudus  dengan bekerja secara jujur  dan terampil dalam melayani saudara-saudarimu. Apakah kamu orang tua, kakek atau nenek? Jadilah kudus dengan sabar mengajar anak-anak kecil bagaimana mengikuti Yesus. Apakah kamu berada dalam posisi yang memiliki wewenang? Jadilah kudus dengan bekerja untuk kesejahteraan bersama dan jangan mencari  keuntungan pribadi. [14] 

15. Biarkan karunia baptisanmu menghasilkan buah di jalan kekudusan. Biarkan semuanya terbuka untuk Tuhan; berpaling kepada-Nya dalam setiap situasi. Jangan cemas, karena kuasa Roh Kudus memampukan kamu  untuk melakukan ini, dan kekudusan, pada akhirnya, adalah buah Roh Kudus dalam hidupmu (Bdk. Gal 5: 22-23). Ketika kamu  merasakan godaan untuk memikirkan kelemahanmu  sendiri, angkatlah matamu kepada Kristus yang disalibkan dan katakan: “Tuhan, saya adalah orang berdosa yang miskin, tetapi Engkau  dapat mengerjakan mukjizat  dengan menjadikan saya sedikit lebih baik”. Dalam Gereja, yang kudus namun terdiri dari orang-orang berdosa, kamu akan menemukan semua yang kamu perlukan untuk tumbuh menuju kekudusan. Tuhan telah memberikan kepada Gereja karunia-karunia Kitab Suci,  sakramen-sakramen, tempat-tempat kudus, komunitas yang hidup, kesaksian orang-orang kudus dan keindahan  yang beraneka ragam yang berasal dari kasih Allah, “seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.”  (Yes 61:10) . 

16. Tuhan memanggilmu kepada kekudusan ini, kekudusan yang akan tumbuh melalui  isyarat-isyarat kecil. Berikut ini sebuah contoh: seorang perempuan  pergi berbelanja, dia bertemu dengan seorang tetangga dan mereka mulai berbicara dan  mulai pulalah pergunjingan.  Namun dia mengatakan dalam hatinya: "Tidak, aku  tidak akan berbicara buruk tentang siapa pun". Ini adalah langkah maju dalam kekudusan. Kemudian, di rumah, salah satu anaknya ingin berbicara dengannya tentang harapan dan impiannya, dan meskipun dia lelah, dia duduk dan mendengarkan dengan sabar dan cinta. Itu adalah pengorbanan lain yang membawa kekudusan. Kemudian dia mengalami kecemasan, tetapi mengingat kasih Perawan Maria, dia mengambil rosario dan berdoa dengan iman. Ini merupakan  jalan kekudusan yang lain lagi. Kemudian masih ada lagi, dia pergi ke jalan, menemui orang miskin dan berhenti untuk mengucapkan kata ramah kepadanya.  Ini satu langkah lagi.

17. Kadang-kadang, hidup ini menghadapkan kita pada tantangan yang besar.  Melalui semuanya itu  Tuhan memanggil kita kembali ke pertobatan yang dapat membuat kasih karunia-Nya menjadi  lebih nyata dalam kehidupan kita, “supaya kita beroleh bagian dalam  kekudusan-Nya” (Bdk. Ibr 12:10). Di lain waktu, kita hanya perlu menemukan cara yang lebih sempurna untuk melakukan apa yang sudah kita lakukan: "Ada inspirasi yang cenderung semata-mata untuk menyempurnakan dengan cara luar biasa hal-hal biasa yang kita lakukan dalam hidup". [15] Ketika Kardinal François-Xavier Nguyên van Thuân dipenjara, ia menolak membuang-buang waktu menunggu hari ia dibebaskan. Sebaliknya, ia memilih "untuk menghayati saat sekarang ini, mengisinya sampai penuh dengan cinta". Dia memutuskan: “Saya akan memanfaatkan kesempatan yang ada setiap hari; Saya akan melakukan tindakan biasa dengan cara yang luar biasa ”. [16]

18. Dengan cara ini, dipimpin oleh kasih karunia Allah, dengan tindakan kecil  kita membentuk   kekudusan yang Allah kehendaki bagi kita, bukan sebagai laki-laki dan perempuan yang sudah kecukupan  untuk  diri kita sendiri melainkan “sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (Bdk 1 Ptr 4 : 10). Para uskup Selandia Baru dengan tepat mengajarkan kepada kita bahwa kita mampu mengasihi dengan kasih Tuhan yang tak bersyarat, karena Tuhan yang telah bangkit membagikan  kehidupan-Nya yang penuh ke kuatan  dengan kehidupan kita yang rapuh: “Cintanya tidak mengenal batas dan sekali diberikan tidak pernah ditarik kembali. Cinta-Nya tidak bersyarat dan tetap setia. Mencintai dengan cara ini tidaklah mudah karena kita sering sangat lemah. Tetapi hanya untuk mencoba mencintai sebagaimana Kristus mengasihi kita menunjukkan bahwa Kristus berbagi kehidupan-Nya sendiri sesudah bangkit   dengan kita. Dengan cara ini, hidup kita menunjukkan  bahwa kekuatan-Nya  bekerja -  bahkan di tengah-tengah kelemahan manusia ”. [17]


(bersambung) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar