Minggu, 13 Mei 2018

GAUDETE ET EXSULTATE 10-13

Pengantar: 

Gaudete et Exsultate - Bersukacitalah dan Bergembiralah adalah Seruan Apostolik yang ketiga dari Paus Fransiskus yang diterbitkan pada tanggal 19 Maret 2018. Dua seruan yang mendahului adalah Evangelii Gaudium - Sukacita Injil (24 November 2013) dan Amoris Laetitia - Sukacita Kasih (19 Maret 2016). Seruan ketiga ini segera menyebar di antara umat, kecuali karena isinya yang mengena, kiranya juga karena bahasanya sederhana. 



Catatan : 
Teks-teks di bawah ini merupakan terjemahan dari Naskah "Apostolic Exhortation Gaudete et Exsultate of The Holy Father Francis on The Call to Holiness in Today's World" yang dimuat di : 
http://w2.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/papa-francesco_esortazione-ap_20180319_gaudete-et-exsultate.html 



TUHAN MEMANGGIL

10. Semua ini penting. Namun dengan Seruan  ini saya ingin menekankan terutama pada panggilan untuk kekudusan yang Tuhan tujukan  kepada kita masing-masing, panggilan yang Dia  juga alamatkan, secara pribadi, kepada Anda: "…haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus” (Im 11:44 ; cf. 1 Ptr 1:16). Konsili Vatikan II menyatakan ini dengan jelas: “Diteguhkan dengan upaya-upaya keselamatan sebanyak dan sebesar itu, semua orang beriman, dalam keadaan dan status mana pun juga,  dipanggil oleh Tuhan untuk menuju kesucian  yang sempurna seperti Bapa sendiri sempuna, masing-masing melalui jalannya sendiri ”. [10]

11. "Masing-masing melalui jalannya sendiri" kata Konsili itu. Kita seharusnya tidak berkecil hati ketika diperkenalkan dengan  contoh-contoh kekudusan yang tampaknya tidak mungkin tercapai. Ada beberapa kesaksian yang mungkin terbukti bermanfaat dan memberi ilham, tetapi tidak untuk kita salin,  karena itu malah dapat menyesatkan kita dari  jalan yang secara khas  Tuhan maksudkan bagi kita. Yang penting adalah bahwa setiap orang mempertimbangkan  jalannya sendiri, bahwa mereka mengeluarkan yang terbaik dari diri mereka sendiri, karunia paling pribadi yang Tuhan tempatkan di dalam hati mereka (lih. 1 Kor 12: 7), bukannya putus asa dengan mencoba  meniru sesuatu yang tidak dimaksudkan untuk diri mereka. Kita semua dipanggil untuk menjadi saksi, tetapi ada banyak cara nyata untuk memberikan kesaksian. [11] Memang, ketika mistikus  agung, Santo Yohanes Salib, menulis Kidung Rohaninya, dia lebih suka menghindari aturan yang keras dan segera berlaku bagi semua. Dia menjelaskan bahwa ayat-ayat itu ditulis sedemikian rupa agar  setiap orang dapat memperoleh manfaat dari tulisan itu “dengan caranya sendiri”. [12] Karena kehidupan Tuhan dikomunikasikan “kepada beberapa orang dalam satu cara dan kepada orang lain dengan cara lain”. [13] 

12. Dalam berbagai bentuk ini, saya akan menekankan juga bahwa “perempuan yang bijaksana”yang terlihat dalam gaya kekudusan feminin, yang merupakan sarana penting untuk mencerminkan kekudusan Allah di dunia ini. Memang, terdapat masa ketika perempuan cenderung sangat diabaikan atau tidak diperhatikan,  Roh Kudus membangkitkan orang-orang kudus yang daya tariknya menghasilkan kekuatan rohani baru dan reformasi penting di dalam Gereja. Kita dapat menyebutkan Santa Hildegard dari Bingen, Santa Bridget, Santa Katarina dari Siena, Saint Teresa of Avila, dan Santa  Thérèsia  dari Lisieux. Tetapi saya juga berpikir tentang semua perempuan yang tidak dikenal atau terlupakan yang, masing-masing dengan caranya sendiri, mendukung dan mengubah keluarga dan komunitas melalui kekuatan kesaksian mereka.

13. Ini harus membangkitkan dan mendorong kita untuk memberikan segalanya dan untuk merangkul rencana khusus  yang Allah kehendaki bagi kita masing-masing dari kekekalan: "Sebelum aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, aku telah mengenal engkau dan sebelum kamu keluar dari kandungan,  aku telah mengkuduskan engkau  " (Bdk Yer 1 : 5).



(bersambung) 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar